setiap malam
selalu ada saat ketika percakapan
kita terhenti dan aku tertidur
aku tidak pernah paham
kenapa aku tak mampu merasakan
kapan tepatnya detik-detik jam
menjatuhkan aku ke dalam
kubur tidur
juga tidak pernah bisa
mengingat-ingatnya
tidak ada orang, tidak ada
kecuali engkau yang tahu
waktu saat aku meninggalkanmu
masih dengan mata dan senyum
menyala dalam gelap
engkau selalu bertahan dan memilih
tidur setelah membereskan rambutku,
mengecup dua kali di keningku
lalu mengucap doa di kupingku
yang tak lagi peduli apa-apa
aku rindu engkau menyambut
aku bangun dengan pertanyaan:
jam berapa semalam
mataku mati terpejam?
aku rindu engkau menyebut
angka-angka waktu, jawaban
sambil tersenyum menyiapkan
sarapan yang hangat,
IBU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.