Selasa, 03 November 2015

Denialnya PDKT

Dalam pdkt-an, kemampuan melumerkan suasana dan menentukan arah pembicaraan yang menarik mungkin jadi skill wajib buat cowok ya, Eh cewek juga sih.
Untuk sebagian cowok mungkin pdkt-an itu seni. Seni menggali lebih banyak tentang dia, seni menentukan pembicaraan yang seru dan seni melumerkan suasana. Begitulah cowok saat pdkt-an akan terbiasa banyak cerita tentang dirinya, kadang lupa menggali lebih banyak tentang lawan bicaranya.

Dari kebanyakan sih, cowok bakalan melebih-lebihkan hidupnya. Yang hidup biasa aja, ngaku hidup lebih. Beda sama laki-laki yang sejatinya lebih merendah diri. Gaji puluhan juta, bilang satuan juta. Kenapa laki laki merendah? Karena dia gak ingin mendapatkan wanita yang tau senengnya aja. Prosesnya gak mau tau.

Wanita ini emang manjanya kebangetan kalau sudah punya pria mapan. Ngomongin ke orang-orang, padahal si cowoknya belom tentu semudah itu mencari penghasilan. Kami juga bantong tulang loh untuk mendapatkan kalian. So, jangan terlalu meninggi-ninggikan apa yang kami punya. Karena hidup enggak se-denial itu. Seperti pacar yang kamu pegang tangannya kemana-mana.

Mau dia punya kampus, punya pom bensin, punya resto, toh kalau kamu belum pernah bisa buktiin itu semua ke mantanmu buat apa diceritakan dan terlalu meninggikan. Paling hanya ditertawakan dan di cap sebagai denialnya kalian aja.

Senin, 05 Oktober 2015

Tentangku yang Pelupa

Saya ini anak visual yang pelupa. Lebih inget kalau lihat daripada denger. Supaya inget saya tulis kalimat pake spidol warna-warni digambar-gambar. Waktu SMA buku catatan saya penuh sama spidol warna-warni dan gambar-gambar. Saya sampai hapal kalimat apa ditulis pake spidol warna apa.

Jika cinta kita sudah berwarna warni, bagaimana aku melupakanmu? Dan aku juga sudah sangat hapal warna-warni apa saja yang sudah kita tuliskan dengan spidol apa.

Sabtu, 26 September 2015

Cinta Tak Kunjung Bahagia

Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kau lemparkan sembarangan seperti sebutir batu.
Sesuatu apapun yang mereka anggap buruk, pasti akan kita rindukan hari ini. Karena yang datang itu lebih baik daripada yang pergi.

Begitu banyak fenomena yang tak kunjung selesai dengan cinta bahagia. Ada pasangan yang pacaran lama-lama padahal udah gak saling cinta, dipertahanin cuma karena perasaan-perasaan terlanjur. Ada juga pasangan yang pacaran lama gak nikah-nikah, tetap bersama tapi bersama yang lainnya juga.

Lalu aku sedikit bertanya-tanya...
Apa yang lebih menyedihkan dari ditinggalkan? Masih bersama-sama tapi merasa ditinggalkan.
Apa yang lebih sedih dari ditinggalkan? Tidak meninggalkan meski punya alasan.

Dikecewakan tapi berusaha tak mengingat-ingat, ditinggalkan tapi bertahan. Itulah manusia dengan kodratnya makhluk yang amat sangat mencintai pemakluman.
Namun cara paling akurat menilai seseorang itu dari bagaimana ia ditinggalkan. Katanya Cesar Vallejo.

"Dan pada akhirnya bagimu, aku hanya cinta yang tak ditakdirkan bersuara"

Rabu, 16 September 2015

Kalut Pikiran

Silahkan habiskan waktu bersamanya, peluk dia sepuasnya. Toh ada wajahku di dalam kepalamu, namaku di dalam hatimu.

Jauhkan saja pikiran bahwa kamu perempuan biasa di matanya, asal tahu saja bahwa kamu kebetulan segalanya di hidupku.

Maaf sayang. Jika dikemudian hari kau temui sesal. Kirim kembali ingatanmu pada hal yang telah kau sia-siakan. Mungkin tamparannya akan menyadarkan.

Bukan meninggalkan,
mungkin ini lebih ke melangkah duluan untuk menemukan yang lebih pantas dan dapat memantaskan.
Tak perlu cemaskan bagaimana hati ini kedepan nanti. Semesta punya cara tersendiri mengirim pengganti. Ada atau tiada, hidupku tetap sama.

Selasa, 15 September 2015

Move on itu pilihan

Setiap orang punya tujuan hidup dan prioritas masing-masing. Lantas menilai hidup apalagi kisah cinta orang lain gak akan bikin hidup kamu jadi lebih baik.

😞 Kenapa masih bertahan kalo tau hubungannya udah gak "baik-baik" aja?
🙎 Pasti ada cara buat memperbaiki dan mempertahankan.

😞 Kan masih sebatas pacaran. Kenapa gak putus? Yang udh nikah aja bisa cerai. Kenapa harus takut buat sesuatu yang lebih baik?
🙎 Gak. Ini bisa diperbaiki.

Berapa hubungan ada kalanya tidak layak diteruskan. Namun, kerap kali terjadi beberapa perpisahan itu juga tidak perlu disesali. Karena move on itu pilihan, dia yang hidup di memori harus mati di hari-hari. Emang sih niat hati saling berpegangan, tapi apalah daya Tuhan lebih dulu melepaskan.

Seperti kehilangan, setiap yang pergi tidak perlu ditunggu kepulangannya. Yang disatukan Tuhan, seringkali dipisahkan keyakinan. Juga restu.
Kini yang perlu diselamatkan dari berakhirnya komitmen adalah akal sehat dan hati nurani. Bukan perasaan.

Jangan menunggu diselamatkan. Kamu adalah penguasa dari nasibmu sendiri. Beberapa tidak bisa memilih kepada siapa ia jatuh cinta dan setiap orang punya pilihan cara mengakhiri sebuah hubungan.

Kalau suatu saat kamu merindukan kenangan, pastikan satu hal bahwa rindu itu bukan masalah, tapi anugerah. Karena tanpa rindu, takkan ada hasrat segera bertemu.

Jika saat nanti rindumu dibalas acuh. Ingat beberapa rindu yang kau sia-siakan dulu.

Selasa, 18 Agustus 2015

Bambu Kemerdekaan

Selamat pagi darah muda. Biarpun kita tak lagi remaja, kita selalu sigap melawan congkaknya dunia.

Orang tua/guru bahkan sering memberitahu kita bahwa para pahlawan kita dulu berperang hanya menggunakan bambu runcing sebagai senjata. Dan menang. Hebat? Jelas . . .

Mereka enggak bilang kan kalo bambu untuk perang itu ada 'isinya'. Ada hal ghoib di dalamnya. Coba pikir lagi deh. Senjata api meriam vs bambu? Yakin menang? Secara logika aja kalau gue pake parang dan lawan pake air softgun aja, gue lari kebirit-birit. Lah ini, bambu yang menang. Kita dibantu jin, cuk.

Kenapa ada pusaka? Dan cenderung pusaka pasti 'berisi'. Dari jaman dulu. Dulu sekali. Ya, dari jaman perang. Terlepas dari strategi hebat para pahlawan, percayalah kita dibantu 'pahlawan' dari dunia lain saat perang. Saat menjaga benteng pertahanan.

Sabtu, 18 Juli 2015

Sumbangan atau Permen?

Kenapa di mini market dan supermarket harus ada kebiasaan nanya "400nya boleh disumbangkan?"

Gak semua orang terbiasa bilang "nggak".

Dulu dituker permen. Sekarang ditodong pertanyaan "boleh disumbangin?". Lebih berasa sedekah langsung daripada via kasir. Coba itu kembalian yang katanya disumbangin sama minimarket/supermarket diakumulasi pake sistem semacam poin-poin membership.
Lumayan. Pas sudah banyak nanti si minimarket tinggal nyalurin sumbangan 'kembalian' terus user bisa liat laporannya di akun membershipnya.

Mungkin bakal banyak yang lebih ikhlas beneran. Ikhlas loh.
Bukan 'yaudah lah enggak apa 300 doang' atau respon yang lebih ngarah ke pasrah dan bodo amat lah.

Intinya:
Duit kalo dikeluarinnya dikit-dikit gak berasa tau-tau abis. Beli rokok 500 ribu per bulan ga berasa. Beli paket internet 100 ribu buat sebulan berasa mahal bener.
Biarin gak nyambung, yang penting aku sayang kamu