Minggu, 30 Juni 2013

Balada Cinta Alam

Bukit pasir itu masih muda, baru saja terbentuk oleh angin yang bertiup melewatinya. Saat itu juga, awan jatuh cinta kepada si bukit pasir.

“Selamat pagi,” sapa sang awan.
“Seperti apa kehidupan di bawah sana?”

Bukit pasir: “Buatku hidup ini singkat saja, Begitu angin datang lagi dari arah hutan, aku akan lenyap..”
Awan: “Apakah kau menjadi sedih?”
Bukit pasir: “Tidak, aku hanya merasa hidupku tak punya tujuan.”
Awan: “Aku juga merasa begitu. Saat angin berhembus kembali, aku akan pergi & diubah menjadi hujan; tetapi itu sudah suratan takdir.”

Setelah bimbang sesaat bukit pasir itu berujar, “Tahukah kau bahwa di padang gurun ini kami menyebut hujan sebagai surga?”
“Tak kusangka diriku bisa sepenting itu buat kalian..” kata si awan dengan bangga.

Bukit pasir: “Aku pernah mendengar bukit-bukit pasir yang lebih tua menceritakan berbagai kisah tentang hujan.”
Awan: “Ceritakanlah!”
Bukit pasir: “Katanya, setelah turun hujan, kami smua tertutup bunga-bunga. Tapi aku tidak akan mengalaminya, sebab di padang gurun jarang turun hujan.”

Sekarang giliran si awan yang menjadi bimbang. Kemudian dia tersenyum lebar dan berkata dengan semangatnya kepada bukit pasir.....

Awan: “Kalau kau mau, aku bisa menurunkan hujan ke atasmu sekarang juga!!”
Bukit pasir: “Kenapa kau mau melakukannya? Kau baru saja mengenalku.”
Awan: “Memang, aku baru saja sampai di sini dan kemudian mengenalmu, tapi aku jatuh cinta padamu, dan aku ingin tetap di sini selamanya.”

“Waktu aku pertama melihatmu di atas langit sana, aku juga jatuh cinta padamu,” sahut si bukit pasir.

Bukit pasir: “Tetapi jika kau ubah rambut putihmu yang indah itu menjadi hujan, kau akan mati dan aku tidak bisa melihatmu lagi.”

“Cinta tak pernah mati,” sahut si awan.
“Cinta membawa perubahan; selain itu, aku ingin menunjukkan surga padamu.”

Dia pun mulai membelai bukit pasir itu dengan tetes air hujan, supaya mereka bisa lebih lama bersama-sama, sampai muncul sebentuk bianglala.
Keesokan harinya, bukit pasir yang kecil itu dipenuhi rerumputan dan bebungaan nan indah.

.... awan-awan lain yang melintas menuju Afrika senang melihatnya, maka mereka pun menebarkan lebih banyak hujan di situ.
Dua puluh tahun kemudian, bukit pasir itu telah berubah menjadi Oase yang memberikan kesegaran kepada para musafir.

.... Dan semua itu terjadi karena sepotong awan jatuh cinta, dan tidak takut menyerahkan hidupnya demi cintanya. :)

“Kau lihat? Cinta tidak
diciptakan oleh mereka yang bernyali kecil. Atau mereka yang hanya mau dan siap menghadapi kebahagiaan saja.”

Jumat, 21 Juni 2013

Haus

Ada lelehan otak yang mengalir
sampai ke tenggorokan.

Aku lupa apa itu haus.

Aku ingat haus.
Kerontang seperti kalengkosongkaratan.

Aku ingat air. Ssuuup!
Menyusup menyatu dengan dinding kerongkongan.
Sebentar saja sampai kerongkongan ini kembali kerontang.

Air itu hidup.
Aku ingat haus.
Tapi air itu hidup.

Berjalan sendiri melewati gusiku,
bercinta dengan lidahku,
menyetubuhi kerongkonganku.

Apa itu haus? Aku lupa.