Gue menolak kenaikan BBM. Dengan asumsi bahwa masih ada kebijakan lain yang bisa diambil. Seperti menaikan pajak kendaraan secara masif. Ada 128 juta orang miskin di Indonesia (51% total penduduk), standar yang digunakan Bank Dunia ($2/hari) BBM naik akan menambah angka ini.
Dengan catatan bahwa, kenaikan BBM ini cuma gincu, toh pada praktiknya di Indonesia timur harga bahan bakar tidak karuan. Ketimpangan sosial.
Aktivis penolak Kenaikan BBM yang mengatasnamakan kesejahteraan rakyat bagi gue sih munafik dan politis. Kenapa bereaksi hanya kalau di jawa? Kalau membaca laporan Bank Dunia perihal Koefisien Gini (disparitas kemiskinan/kaya) indonesia mencapai angka tertinggi pada rezim SBY 0,41.
Orang kaya di Indonesia (penghasilan lebih 10/juta perbulan dengan standar bank dunia) adalah minoritas. jumlahnya tak lebih dari 15 juta jiwa.
Kalau kenaikan BBM digunakan untuk menghukum yang kaya karna pakai bensin bersubsidi ya absurd. Menghukum 15 juta dengan menghajar 121 juta.
Beberapa pakar ekonomi berkata bahwa menaikan pajak kendaraan bermotor percuma, karena pajak masuk ke daerah, gue kira yah masih ada jalan lain.
Kalau gue jadi audience debat ama demit toh bakal pake argumen itu. Boleh loh les argumen berbasis data dengan gue. Murah modal laporan tahunan lembaga kredibel dengan google gitu. (Ketawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.