saban jelang lebaran sepasang pohon itu mengajak pulang
mereka berdiri menjaga kampungku dari para pendatang
itulah mengapa orang memberi nama pohon gerbang
kalian akan paham jika suatu kali datang bertandang
pohon sepasang itu sudah amat tinggi menjulang
batang kokoh dan daun-daunnya sungguh rindang
melihatnya aku selalu berpikir mereka dua orang
satu berdiri di kanan jalan, satu di sisi seberang
pada bulan-bulan kering, di bawah matahari siang,
orang-orang senang bernaung menanti datang petang
pada malam hari tempat cengkerama para lajang
menemukan mereka bercumbuan tidaklah jarang
di musim-musim penghujan dedaunnya saling silang
aku membayangkan seperti tangan kekasih dua pasang
ulur-berulur menjangkau ingin berdekap berbagi sayang
lari dari dingin cuaca meski dilerai jalan membentang
lebaran tahun lalu aku saksikan daunnya makin kurang
sepasang orang itu seperti nenek kakek tinggal tulang
pikirku tak lama lagi seseorang akan datang menebang
oh, mayat mereka akan terlentang sungguh panjang
setelah uang saku hilang, juga tak ada tabungan, gaji kurang
kalau mau pulang ke sana-sini aku harus mencari utang
maka lebaran kali ini sayang aku tidak mampu pulang
di tidurku dua pohon itu tak henti terbayang-bayang
lewat tetangga aku titip salam kepada pohon gerbang
tetapi, katanya, dua pohon itu dua bulan lalu tumbang
saling bersilang di tengah jalan menyusahkan orang-orang
seperti lebaran di kampung, pohon gerbang tinggal kenang.
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.