Bingung mulainya
Ternyata enak yah.. Abis mandi, langsung nulis. Sengaja biar segernya nular ke tulisan ini. Kepengen nulis serius tentang ibu. Yuk mari..
Bingung mau mulai pake kalimat apa,  biarin aja deh ngalir sendiri. Nanti juga ketemu kalimat pembukaannya.  Menurut pembicara-pembicara seminar yang sempet gue ikutin waktu  ngebahas tentang 'tata cara mulai menulis dengan tangan kanan ataupun  kiri'. 
Kalo misalkan bingung mau nulis apa atau  sebenernya udah kepikiran pengen nulis ini itu tapi tetep aja masih  bingung buat mulai pake kalimat yang kayak gimana enaknya. Solusinya itu  yaa jujur aja lagi sama tulisan sendiri kalo emang gue tuh sebenernya  bingung mau nulis awal kalimat yang kayak gimana. Tuh liat aja tuh  tulisan gue udah mulai kebuka sendiri kan kalimatnya? Padahal tadinya  gue bingung mau mulai dari mana. Ya gue mulai aja dari kebingungan gue  itu gue tulis. Muehehe.. Tinggal cari jembatan penghubung antara kalimat  pembuka buat masuk ke topik utama tentang pembahasan gue ini. 
Sebut aja dia adalah dia 
Hmmm dulu tuh dia masih bisa  curhat-curhatan sama gue. Masih bisa tuker-tukeran pikiran. Masih bisa  makan bareng. Bercanda bareng. Bahkan tidur bareng. Tapi sekarang dia udah nggak pernah kayak dulu lagi. Dia sekarang udah enak, udah bisa ketemu lagi sama belahan jiwanya. Menurut pengamatan dari mata telanjang gue, dia itu adalah sesosok manusia yang begitu sangat istimewa bagi orang-orang yang mencintainya. Dia  selalu mengajarkan, mendidik dengan modal pendidikan yang sangat minim  dan menasihati segaligus memotivasi orang-orang yang mencintai dia untuk selalu berusaha keras agar nggak mudah buat cepat putus asa dalam mengejar cita-cita. Meski sebenarnya dia  adalah orang yang mungkin bisa dibilang kurang mendalami dunia  pendidikan; buta huruf, nggak bisa ngegambar, nggak kenal sama  jenis-jenis warna, nggak pandai matematika tapi pandai mengaji,  berbicara dan menasihati sekaligus memotivasi orang-orang yang sangat  mencintainya.
Dia bukan orang sosmed
Nggak pernah main facebook ataupun twitter bahkan nggak akan mau tau apa itu dan untuk apa. Karena dia bukan orang yang pandai dalam dunia digital. Bukan cuma itu, dijaman dia  itu nggak ada yang namanya internet, listrik pun belom ada. Itu mungkin  faktor yang ngebuat dia nggak akan pernah mikir buat ikutan register di  jejaring sosial. 
Terus?
Ya sabar.. Gue masih terus nulis tentang dia kok.
Dia siapa sih? 
Emangnya pengen tau benget yah.. 
Iyah!!
Yauda lanjut baca aja sih.
Senyum dong.. 
Nyuuuuuuuum!
Nah gitu.. 
Dia juga termasuk orang yang sangat sabar, beda sama gue. Gue kadang nggak sabaran buat cepet-cepet liburan semester.
Dia juga termasuk orang yang sangat sabar, beda sama gue. Gue kadang nggak sabaran buat cepet-cepet liburan semester.
Dia juga ngajarin buat  orang-orang yang mencintainya untuk tetep manjadi orang yang sabar.  Sabar akan segala macam lika-liku kehidupan. "Sabar kita hari ini cuma  bisa makan nasi pake garam. Mungkin besok kita bisa makan nasi pake  garam di tambah sepotong tempe atau mungkin lusa kita bisa makan nasi  pake garam di  tambah sepasang tempe dan tahu. Sabar.."
Yaa mungkin itu cuplikan yang dulu dia rasain bareng orang-orang yang mencintai dia.  Berkat kesabaran, tidak mudah putus asa, pengen terus berusaha,   nasihat sekaligus motivasi postif dan selalu diiringi dengan doa  pastinya. Dengan berjalannya waktu, dia dan orang-orang yang mencintai dia tidak lagi makan nasi dengan garam, tempe tahu. Tapi dengan nasi dengan bakwan tempe dan tahu isi.
Yaaa bener.. Semua cita-cita dia dan orang-orang yang mencintainya akan semakin tampak terwujud dikit demi sedikit. Hidup itu butuh proses. Dia  dan juga orang-orang yang mencintainya, pada waktu itu sedang berproses  untuk tetep berusaha tersenyum bersama didalam roda kehidupan dengan  berbagai macam persoalan yang mereka hadapi. Sampai sekarang ini.  Orang-orang yang mencintai dia dengan sangat tulus. Bisa bangkit.  Menjadi anak-anak yang berpendidikan dan alhamdulilah sukses dengan  sebagian besar orang-orang yang mencintai dia atau bisa dibilang anak-anak kandung dia. Atau juga mereka bisa dibilang bokap, om dan tante-tante gue. 
Orang-orang yang dilahirkan tidak dengan modal pendidikan yang maksimal. Karena dia hanya sekolah sampai kelas 4 SD. Tapi dia  berhasil melahirkan orang-orang yang tulus mencintainya untuk di didik  dengan nasihat serta motivasi dan juga pelajaran-pelajaran yang bukan  dari dunia pendidikan akan tetapi dari lingkungan kehidupan yang mereka  jalani setiap hari.
Dengan tekad yang luar biasa sekarang sebagian besar anak-anak dia atau yang gue tulis diatas tadi orang-orang yang mencintai dia  dengan tulus. Sebanyak total 11 orang. Dengan sebagian besar  orang-orang itu menjadi orang-orang yang sangat berperan penting dalam  dunia pendidikan dan juga pemerintahan.
Sampai pada suatu hari dia sempet nggak bisa bangun dari tempat tidurnya, kekamar mandi, makan, pakai baju semuanya dilayani sama orang-orang yang dia ajarkan kesabaran waktu dulu. Dia dirawat dirumah sakit selama beberapa hari. Pada Juli 2010, dia  pun menghembuskan nafas terakhirnya di salah satu Rumah Sakit yang ada  di luar kota Jakarta. Selamat tinggal nek.. Semoga nenek diberikan  tempat yang pas dan istimewa dari Allah SWT. Amin..
Dia ibu yang sangat hebat, ibu  yang sangat minim dengan dunia pendidikan tetapi bisa melahirkan  anak-anak kandung yang sekarang berperan penting dalam dunia pendidikan  serta pemerintahan.  
Dia adalah nenek gue. Dia adalah orang tua dari bokap, om-om dan tante-tante gue. Dia adalah wanita istimewa. Dia adalah ibu yang luar biasa. Dia adalah motivator untuk kita cucu-cucunya.
Dia adalah nenek gue. Dia adalah orang tua dari bokap, om-om dan tante-tante gue. Dia adalah wanita istimewa. Dia adalah ibu yang luar biasa. Dia adalah motivator untuk kita cucu-cucunya.

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.