1.
saya tersenyum untuk menghangatkan air mata ketika mengetahui doa yang  kamu kirim hari ini. kamu memasak makanan kesukaan saya untuk sarapan  dan makan siangmu. kamu mengangkat telepon saya, seolah  meninabobokan rindumu yang selalu kumat. kamu memohon kepada tuhan sambil memberikan saya semangat.
ibu, saya merasa sebagai orang paling beruntung di dunia ini. saya  pernah mendekam di rahimmu, surga itu, lebih  sembilan bulan. kehidupan di luar rahim, seperti ibu tahu, tidak lebih  sebagai mimpi buruk yang indah, atau mungkin sebaliknya. sungguh, andai  memungkinkan, saya ingin sekali merayakan ulang tahun di rahimmu, mata  air seluruh puisi, sekali lagi.
terima kasih, doa, dan segala yang mampu saya beli tidak pernah memadai untuk semua itu, ibu. maaf.
2.
satu, dua, tiga... 
 kenapa kita harus merayakan hari ulang tahun mengikuti deret hitung?  kenapa kita tidak merayakannya secara acak? hari ini, saya ingin sekali  merayakan ulang tahun saya yang ketiga, usia ketika saya masih mampu  memeluk kamu dan kamu mampu mencium saya. saya berjanji, tidak akan  mengulangi kesalahan saya. saya tidak akan menolak dicium seperti dulu  ketika kamu hendak meninggalkan rumah—untuk terakhir kali.
saya percaya, kamu mencintai saya meskipun selama ini kamu cuma  berada di surat-surat saya yang tidak pernah terkirim, surat-surat yang  ingin sekali tahu alamatmu. tetapi, alangkah saya ragu apakah kamu tahu  saya juga mencintai kamu.
hari ini saya ingin sekali merayakan hari ulang tahun saya yang  ketujuh, usia ketika kamu masih mungkin mendengar saya mengecupkan  kalimat ‘saya mencintai kamu’ sehangat mungkin. 
satu, dua, tiga…
kenapa kita harus merayakan hari ulang tahun mengikuti deret hitung, ayah? 
3.
saya mencintai kamu dan kehidupan. umur adalah sumur. semoga orang  lain bisa minum, mencuci, dan mandi dari mata airmu. selama berulang  tahun, diri sendiri.
Bogor, 14 januari 2012


 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.