Hai semua! 
 Aku  akan menceritakan dunia tempatku tinggal. Karena lebih baik hidup di  dunia mimpi, tapi dengan mata terbuka. Daripada hidup di dunia nyata,  tapi dengan mata tertutup. Tapi kalau kau takut, jangan tutup matamu.  Buka dengan lebar, lalu lihat lekat-lekat. Lama-lama ketakutan itu yang  lari dari matamu. Karena, di dunia kami, ketakutan itu manis.
 Nah,  sekarang, duduk yang mantap, tutup matamu, dan jejakkan kakimu di  Negeri Mata Tertutup. Sampai di sana, aku akan membuka penutup matamu,  dan kau akan melihat keajaiban.
 Di  Negeri Mata Tertutup, ada bintang-bintang berwarna merah muda, yang  tidak akan terlihat kecuali kau menutup mata. Ada pelangi transparan,  bergoyang-goyang di langit merah muda, seperti jelly. Pelangi transparan  dapat kaujilati sepuasnya. Kalau kau tanya apa rasa pelangi, coba saja  kau jilati. Bandingkan dengan rasa mentari. Si oranye besar yang  menari-nari sepanjang siang. Kau dapat menjilati sinarnya, lalu katakan  apa rasanya. Karena, setiap rasa mentari akan berbeda bagi setiap orang.  Apa rasa mentari oranye bagimu?
 Oh  ya, pernah lihat percikan ludah sang bulan? Ketika bulan mengidap flu,  lalu bersin, dan ludahnya kemana-mana, saat itu terjadi hujan warna  pelangi. Pernah lihat? Di sini, kami akan menantikan bulan kena flu.  Supaya hujan warna pelangi sering turun. Di sini, hujan warna pelangi  menumbuhkan bunga-bunga transparan. Bayi bunga transparan akan tumbuh  menjadi bunga dewasa yang penuh warna-warna terang. Seperti warna  stabilo dan spidol mewarnaimu. Kalau bayi bunga selalu merasa senang dan  sering tersenyum pada bintang-bintang, ia akan tumbuh menjadi bunga  berwarna terang. Tapi, kalau ia tidak suka tersenyum pada  bintang-bintang, ia akan tumbuh tetap menjadi bunga transparan. Tidak  kelihatan.
 Bintang-bintang  merah muda di langit hitam, mereka suka sekali mengedip-ngedip pada  bulan. Mereka juga suka menari di panggung awan-awan. Kalau mereka  menari terlalu riang, keringat mereka menjadi begitu banyak. Tapi jangan  takut, keringat bintang tidak bau. Tidak juga basah. Keringat bintang  itu serbuk kenyal berbau stroberi. Jadi, ketika kau menengadahkan  kepalamu untuk melihat tarian bintang, buka mulutmu. Kalau kau  beruntung, kau dapat mengecap keringat bintang-bintang juga! Dan serbuk  kenyal berbau stroberi itu akan meleleh di atas lidahmu, menari-nari dan  membentur langit-langit mulutmu, persis seperti tarian bintang di  langit hitam.
 Apakah di Negeri Mata Tertutup ada rasa takut? 
 Ada,  ada ketakutan di sana. Hanya saja, ketakutan itu manis, bisa dikecap,  dikunyah, dan dilepehkan. Seperti permen karet. Rasa sakit juga ada.  Rasanya asam. Beda dengan rasa takut yang manis. Tapi yang manis tidak  selalu baik, dan yang asam bisa saja bagus untukmu. Jadi, hati-hati  memilih apa yang kautelan. Kadang, kita harus membeli rasa sakit.  Karena, tidak ada pelajaran yang gratis. Uangnya adalah Koin Pengalaman.  Beli, dan kecap. Dan, jangan takut.
 Di  Negeri Mata Tertutup, tidak semua yang indah itu baik. Meskipun  terlihat indah, bisa saja itu adalah awan jahat. Awan jahat berwarna  hitam kelam, lebih hitam dari langit malam. Ia bisa menutup matamu dari  kemungkinan. Kalau matamu ditutup dan tidak dapat melihat kemungkinan,  bahkan keringat bintang, pelangi transparan, dan hujan warna pelangi pun  tak dapat membuatmu tersenyum lagi. Kau akan sepenuhnya buta, dan lebih  baik kau buka mata, dan meninggalkan Negeri Mata Tertutup. Yah, awan  jahat harus dihindari. Hal-hal indah harus diteliti. 
 Oh  ya, di sini, kami memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasamu. Kami  berbicara dengan senyuman. Jadi, kau harus benar-benar jeli. Kau harus  bisa membedakan, mana senyuman yang berkata ya, senyuman yang berkata  tidak, atau senyuman yang justru membawamu ke Asap Harapan.
 Kau bertanya kan, apa itu Asap Harapan?
 Asap  Harapan, mirip apa yang kauanggap sebagai Harapan. Kau bisa berpegang  pada Harapan, tapi Asap Harapan, kau memegangnya seperti menggenggam  ilusi. Kau tak bisa menggenggam asap. Nah, untuk itu, jangan tertipu  dengan senyuman manusia yang bisa membawamu ke Asap Harapan. Kau harus  tahu bagaimana tersenyum. Karena tersenyum, sekali lagi, adalah cara  kami berbicara. Kau harus benar-benar belajar. Tapi, jangan takut. Kalau  kau takut, kau hanya perlu membuka matamu lebar-lebar, dan pelototi  ketakutan. Atau kecap ketakutan, kunyah, dan lepehkan. Seperti memakan  permen karet.
 Di  Negeri Mata Tertutup, semua terlihat indah, tapi, aku belum membawamu  ke tempat yang lebih indah lagi. Yang bisa menculikmu selama-lamanya.  Ssst. Kau sungguh, belum kemana-mana. Mau melanjutkan perjalananmu?
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.