Ini potret Bogor- Jakarta di pagi hari.
WHOA~ Ternyata Commuter di pagi buta penuh dengan mata-mata ngantuk. Ckckck. Baru tahu saya. Hmm... Baguslah kalau begitu. Banyak yang bisa dicopet. Ehm.
Pagi, kenapa kau begitu dingin kali ini? Apakah peringatan ozon tak mempengaruhimu?
Kasihan paru-paru orang kota.
Mereka berteriak-teriak meronta di dalam rongga dada.
Gerombolan pelari pagi.
Memeriahkan pagi dengan derap dan lagu. Seirama. Bersahutan.
Ibu-ibu penyapu jalan di depan stasiun Gambir dekat Monumen Nasional. Bermuka masam, berkerudung biru, memegang sapu yang lebih tinggi dari badannya.
Lihatlah laki-laki Indonesia yang pada congek itu. Buta pula.
Tak dengar kalau disuruh ke depan, dan tak lihat kalau di dekat pintu penuh orang.
Dan baui manusia-manusia primitif yang tak mengenal deodoran itu.
Dan, lihat, bayi-bayi para pengemis
yang sudah merangkak di lantai seng jembatan berisik.
Penjual gemblong yang seperti tak mandi.
Matahari pagi yang terhalang gendutnya gedung.
Ini potret Bogor-Jakarta di pagi hari.
Hmm. Menarik. Mata-mata ngantuk di mana-mana.
Aku akan sering menginap di restoran 24 jam kalau begini menarik.
Matahari terlambat. Ia tergesa-gesa.
Tersandung bangunan-bangunan gendut kota Jakarta.
Matahari tersandung. Langit mendung.
Butir anak awan pertama jatuh di kepala. Aku menengadah.
"Halo!" seruku pada mentari, "Jangan tersandung lagi ya!"
Matahari malu setelah tersandung. Ia tertatih-tatih.
Pipinya merona. Wajahnya tertunduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.