Aku mengagumimu, anak angin.
Ingin kukecup helai rambutmu.
Kubaui aroma merdumu.
Beri aku satu nyanyian,
dan akan kulahap semua rayu.
Tak apa jika kau tak lama.
Sebentar saja, ingin kuhirup lembut senyummu.
Perdengarkan lagi sedikit iramamu.
Anak angin, aku suka kamu.
Aku tak pernah mencumbu rindu.
Menghela pedih.
Tak pernah.
Tapi padamu, anak angin,
kutitipkan degup hatiku.
Dan seluruh candu.
jatuhkan peluhmu.
Kecup sedikit rinduku.
Telah kutitipkan senyumku pada hujan,
yang bulirnya berlompatan,
di atas panggung dedaunan.
Kau dengar, anak angin?
Dandelion pun bermelodi.
Mereka menyanjung, membuatmu tersanjung.
Menunggumu ikut bersenandung.
Dengar anak angin,
aku tak takut kau pergi.
Waktu yang kucuri darimu,
kusimpan di kotak magisku.
Terkunci oleh nafasmu,
hela terakhir nafasmu.
Saat kau pergi,
titipkan senyummu pada hujan.
Seperti yang selalu kulakukan.
Kala awan mulai gelap,
dan anak hujan berlompatan
di atas panggung hijaunya.
Kala Dandelion menyombongkan melodinya,
kala itu juga, ingat aku.
Ingat aku.
Seperti aku ingat kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.