Selasa, 09 Oktober 2012

Tinggi

Sayapku gak pernah mati. Sayapku gak berhenti mengepak. 
Semakin kencang angin, semakin tinggi sayapku akan membawaku. 
Aku ada di atas semua, pandanganku setinggi awan. 
Aku berkenalan dengan sinar mentari dan bergurau bersama angin ribut. 
Aku melihat manusia-manusia kecil. Hidup dan mati. 
Aku lihat bunga-bunga cantik. Hidup dan mati. 
Semua yang bermula dan semua yang berakhir dan semua yang berlangsung. 
Yang tertawa dan terbawa. Yang tersenyum dan yang harum. 
Semua yang berawal, semua yang berajal. 
Yang lahir dan yang mati. Yang sakit dan yang sembuh. 
Tapi aku tinggi di atas yang ada dan terlihat. 
Aku tidak terhilang. Aku tidak hanyut atau jatuh. Atau terjerembab. 
Aku di atas. Menimbang-nimbang suhu udara. 
Bersinggungan dengan pundak awan. 
Menari-nari bersama janin embun. 
Mencabut uban uterus hujan. 
Aku menelan liur langit dan bercumbu dengan putih sampai mati. 
Aku tak mengenal takut, aku tak tahu apa gentar. 
Aku tinggi, lebih tinggi dari Himalaya, dari hati-hati kecil manusia. 
Sayapku yang membawaku pergi, menyelimuti putih dengan senyum. 
Berkasih-kasihan dengan udara transparan. Berkejaran dengan intimasi dingin. 
Aku melihat yang besar dan memperhatikan yang kecil. 
Aku terjun seperti air yang dimuntahkan awan. 
Aku merayap sampai ke atap langit. 
Aku mengunyah gelombang suara. 
Aku menyerap getar angkasa. 
Aku tinggi. 
Tinggi di atas tinggi. 
Aku dalam. 
Dalam di dalam dalam. 
Aku berputar, aku tidak pusing, aku tidak hilang. 
Aku melompat. Aku tidak jatuh. Telapakku tidak rapuh. 
Jari-jariku menapak ketetapan. Aku solid. Aku tidak rapuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.