Jumat, 11 Mei 2012

Bunga Hujan

Langit, menangislah yang deras.
Lagian aku tak mau mengusap air matamu.

Dan, hujan, bisakah kita bertukar peran?
Aku ingin menjadi kamu.

Aku tahu, bahkan tetesan hujan
dari langit yang tertinggi pun
akhirnya jatuh ke aspal juga.

Aku ingin tahu,
dari mana asal hujan?
Apakah hujan punya keluarga?

Satu tetes hujan jatuh di bahuku,
aku memikirkannya.

Berapa jarak yang telah ditempuhnya
dari awan sampai bahuku?
Secepat apa jantungnya terpompa?

Kalau hujan ingin jatuh di bahuku, atau di atas rambutku,
apakah ia akan merasa sedih jika aku memakai payung?

Apa yang dikatakan hujan sewaktu akhirnya
sang awan melepaskannya dari ketinggian?

Kalau hujan merasa sepi, lalu menangis,
apakah ia sedang melahirkan anak hujan?

Saya tak suka hujan, hanya jika aku memakai make up.
Tapi saya tak suka make up, jadi saya lebih menyukai hujan.

Oh, bunga-bunga!
Ayo, berganti bajulah.
Aku mau sebentar saja memakai baju warna ungumu.

Aku mau tahu,
apa yang dirasakan bunga
ketika ia pertama kali mekar?
Apa yang dikatakannya
ketika ia menjadi layu?

Pertama mekar ia dipuji,
waktu layu ia dibuang.

Padahal hidup bunga begitu singkat.
Sebentar saja ia tersenyum, lalu layu.
Kasihan. Padahal, baju-bajunya begitu cantik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.