Minggu, 30 September 2012

Rahasia dan Misteri

Rahasia dan Misteri


Begitu banyak rahasia di dalam benak seseorang.
Entah itu pikiran yang baik atau buruk, dan mungkin saja tidak untuk keduanya.
Saya terkadang berpikir bahwa saya adalah seseorang yang dilahirkan kembali untuk memperbaiki sikap pada hidup saya sebelumnya di masa lalu, sewaktu saya hidup.

Banyak pikiran-pikiran saya yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang lain.
Begitu rumitnya hidup, sehingga orang-orang pintar seperti ilmuwan pun dan orang-orang detail seperti seniman pun tak tau apa yang sebenarnya mereka kerjakan.
Apakah kita hidup disini hanya untuk menunggu keberuntungan?
Ataukah hanya untuk menghampiri kematian?

Ada kejadian dimana saya sudah dapat dikatakan telah dijemput oleh kematian, dan ada juga persitiwa dimana saya telah mendapakan keberuntungan.
Disitulah saya berpikir, apa yang akan membawa saya untuk menghampiri saya setelah hidup ini?
Hingga pada suatu saat pikiran saya kacau, terombang-ambing, tercabik-cabik, dan terlempar bagaikan hempasan ombak yang tak pernah begitu tau dimana dia akan berlabuh.

Saya tidak tau apa yang bisa saya lakukan lagi. Rahasia dan misteri kehidupan yang penuh dengan kebohongan, kemunafikkan, kenaifan, serta kebusukkan dalam ranum durjamnya lingkaran setan. Menjadikan sebuah keputus-asaan yang terus berlanjut bagai rantai makanan.
Dan ketika waktu itu telah dinanti-nanti, distulah akan menjadi sebuah misteri illahi yang tak pernah terpecahi hingga aku kan mati.


---  
Bogor, 25-27 September 2012

Minggu, 09 September 2012

Bodohnya, Salahi Aku.

Sejak kujumpa dia ada yang mengganggu, tapi kucoba tuk setia sebab hati tak menentu.
Aku pun menyadari diri ini telah punya kekasih. Namun tak kuingkari kurindu padanya.
Mungkin memang benar aku yang salah. Karena kusadari dan kuakui, kujatuh cinta lagi.
Adakah artinya kejujuran nurani bila semua hanya lukai hati nan suci.




Samarinda, 2 September 2012.
            
              Ditulis ketika di ruang tunggu bandara Sepinggan, Kalimantan Timur.
              Meninggalkan Samarinda menuju Bogor.

Jumat, 07 September 2012

Rinduku manyun

Betulkah itu, ketika kamu bilang kamu pemulung rindu?
Karena rinduku berceceran di aspal berdebu.

Rinduku mengeriap di balik batu-batu kecil.
Kata mereka, rindu tersangkut, terjepit di tengah tenggorokan sungai tabu.

Rinduku tabu. Begitu tabu, teronggok berdebu. 
Begitu pekat, tenggorok tercekat.
Rinduku buta. Buta seperti awan biru. 
Buta dan kehilangan tongkat. Tersandung, mengaduh-aduh.
Rinduku manyun. Badut dan anak-anak. 
Bibir merah dan rambut acak. Rinduku malu. 
Tertelan tawa bidadari dalam bak sampah.
Rinduku heran. Terkesiap pelan. 
Detik-detik beku, semesta bisu, pilu.
Hai, kamu, kuning di tengah hitam. 
Hakimi saja rinduku. Lalu mengadu pada diam.
Berdiri di tengah gila. Terpaku pada gelisah. 
Rinduku, kapankah akan habis oksigen dalam tabungmu?
Susah. Rinduku benci matematika. 
Tak bisa hitung hari-hari, detik-detik berjuta-juta. 
Rinduku pusing. Matematika sulit.
Rindu. Rindu. Rindu. 
Pemiliknya sedang mencumbu candu. 
Rinduku beradu. Memicu riuh, menyesap malu. 
Aduh.

Membahas ReTweet dan Reply (lagi).

Merasa ada yang comment saya di postingan sebelumnya tentang Just Saying about ReTweet and Reply . Jadi saya terangkan dan perjelas lebih lanjut disini juga deh. :))

Hmm, sebenernya sih bukan soal bodoh/pinter atau soal suka/nggak-nya, ya. Saya juga dulu (selalu) memakai Retweet untuk membalas, bukannya reply. Alasannya sama, biar bisa kelihatan pembicaraan mana yang sedang dibalas.


Itu waktu saya belum tahu penggunaan Retweet dan Reply.

Tujuannya Twitter (website) membuat Retweet tanpa bisa di-edit (seperti » RT @username: Isi pesan.) adalah supaya menghindari orang mengutip tanpa menyalahgunakan isi pesan aslinya. Twitter kan micro blogging, seperti di tumblr ada ReBlog, di Twitter ada ReTweet. Jadi, maksud dasar ReTweet adalah mengutip, bukan me-reply. <-- ini juga saya baru tahu setelah sering-sering nge-tweet. :p

Model New Retweet dari web twitter.com, nggak bisa di-edit.

Bedanya menggunakan ReTweet dan Reply lagi adalah mengenai siapa yang perlu baca dan siapa yang nggak perlu baca Tweets kita.

Contoh membalas dengan RT, dengan maksud supaya semua followers bisa baca tweets ini.

Waktu kita menggunakan ReTweet, semua followers kita secara otomatis mendapat tweets kita di timeline-nya. Tapi, nggak begitu dengan reply. Kalau kita menggunakan reply, hanya orang-orang di lingkaran dalam aja yang mendapat tweets kita di timeline mereka. Lingkaran dalam maksudnya, orang-orang yang kita follow dan yang follow kita (friends, ibaratnya). Nah, orang-orang yang bukan friends, misalnya, kamu gak follow teman saya dan saya sedang reply tweets dia, timeline-mu gak akan terima tweets reply-ku itu. Karena kamu nggak follow dia.

Contoh membalas dengan reply, yang tentunya nggak akan terbaca
 oleh followers saya yang tidak follow @YunindaNurlita.

Oh ya, fakta lain yang saya baru tahu lagi, waktu kita reply, kita bisa tahu loh tweets mana yang orang balas. Kalau kamu lihat tulisan "view conversation" di bawah setiap tweets kamu, itu link yang nyambung ke page tweet balasan. Coba deh di-klik. Nah, dengan nge-klik link itu, kita bisa telusuri pembicaraan. Menurut saya itu malah lebih praktis daripada membaca RT-an yang format-nya berkesan 'berantakan'.

Kalau kita klik di tulisan "view conversation", maka kita akan
dibawa ke tweet yang kita balas sebelumnya.
Ini link "view conversation", tweet yang saya balas menggunakan reply.

Kalau kita menggunakan reply, kita bisa telusuri dari mana asal pembicaraan kita.

Saya sendiri termasuk yang sangat terganggu dengan orang-orang yang selalu memakai ReTweet untuk reply. Dan ini malah menjadi case sensitive untuk mereka yang nggak mengerti. Yah, ini kan situs jejaring sosial. Ada aturan-aturannya. Bukan masalah follow atau unfollow doang, toh?

Ketika kita tahu perbedaan penggunaan Reply dan ReTweet, orang akan bisa menilai bahwa tweets kita itu memang ditujukan untuk dibaca semua orang atau tidak. Makanya, suatu hari ada hashtag #hariRTpujiansedunia. Itu jadi candaan orang-orang yang suka ngebales tweets pujian dengan RT. Supaya pujian itu bisa terbaca semua orang di timeline. :)) Karena kalau menggunakan reply, nggak semua orang akan baca tweets reply pujian itu. :))

Lagi, persoalan Reply dan ReTweet ini seperti ketika kita bicara dengan teman. Kalau kita nggak kenal dengan seseorang, untuk apa kita perlu dengar pembicaraannya dengan orang itu? Kalau saya selalu menggunakan ReTweet dan membicarakan hal yang nggak ada hubungannya dengan kamu, kamu tentunya nggak akan peduli dengan obrolan saya dan teman-teman saya, toh?

Ya gampangnya sih nggak usah dibaca kalau nggak merasa penting, atau unfollow aja. Tapi bukan di situ konteks yang sedang dibicarakan, kan?

Emm, ini pandangan saya aja sih. :D

Kamis, 06 September 2012

Just saying about ReTweet and Reply...

Udah lama sebenernya mau berkeluh kisah tentang twitter di blog,
tapi belom sempet-sempet. Atau kadang-kadang tiba-tiba hilang aja mood nulisnya. Bukan apa-apa sih, cuma sekarang heran aja semakin banyak orang pintar. Ehm.. atau merasa lebih pintar, merasa lebih smart ..
Kayak gini deh misalnya.. 
Aku pernah dikomenin masalah beginian. Karena aku suka pake retweet dulu. Menurut aku Retweet lebih enak, karena bisa nyambung apa yang lagi dibicarain jadi bisa tau kenapa orang bales tweet kamu itu mengacu pada tweet yang mana. For some people, Retweet lebih enak digunakan karena dasar-dasar itu. Dan informasi yang mau disampaikan sama yang ngetweet sebelumnya juga kebaca sama orang lain.
Sedangkan untuk Reply, aku pribadi make Reply untuk bales komen atau ngejawab pertanyaan tweet lain. Kadang-kadang suka lost in translation sih kalo bales tweet tapi gak ditulis Reply-an itu untuk tweet yang mana.
Yah intinya sih, gimana enaknya kamu aja. That’s your timeline, itu hak kalian untuk berbicara. Kalo gak suka, tinggal unfollow. Kelar.
Tapi aku masih heran kenapa banyak orang-orang yang merasa diri mereka berada di linikala dan memunculkan komentar bahwa pengguna Retweet itu bodoh. Udah pinter ya jaman sekarang, cuma karena Retweet dan Reply kamu bisa menjustifikasi orang kalo mereka pintar atau bodoh.
Atau ada yang bilang gini ke kamu..

Bukan nyampah, tapi emang kamu aja kali yang gak punya temen. Cuma follow beberapa linikala, makanya gak variatif dan isinya orang itu-itu lagi juga.
Atau..
Bukan nyampah, kamu aja kali yang gak pernah ngetweet. kerjaannya mantengin timeline sama nge-RT quotes-quotes aja. Just saying.
Sebenernya masih adalagi, tapi seperti biasa otak saya ke distract sama sesuatu jadi.. LUPA DAH MAU NULIS APA LAGI
*toyor-toyor kepala sendiri*
:D :D
Jadi aku sih cuma mau bilang aja, itu kan account  jejaring sosial ya yang dimiliki pribadi. Pada dasarnya ya terserah yang punya account mau nulis gimana, kalo gak suka hasil tweet-nya unfollow just a click away. So, don’t bother being twitter-smart-ass person yang seolah-olah khatam sama hukum pemakaian Twitter.
Oh iya, yang mau follow twitter aku silahkan loh ya ada di sebelah kanan atas itu. Feel free to follow :) *promo terselubung* *biar aja deh ah*

Cherioooo!
:D

Minggu, 02 September 2012

Konsonan Dusta

Nyata. Realitas merangkak di depan bola mata.

Tangis. Pilu mendengungkan pekik.
Sakit. Gundah menggubah konsonan dusta.
Mati. Itu yang pasti.